Pengaruh Musik Terhadap Perkembangan Kognitif dan
Kecerdasan Emosi
20 Apr
Oleh:
Luthfi Seli Fauzi
Kognitif
dan Musik
Kognitif
merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang
berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan,
memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.
Penelitian
menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk
segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (emotional
intelligent). Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron
mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik
sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri
dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan
otak kiri itu.
Mengacu
pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari
oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi
adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan motorik anak mengenal
dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan
sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat
terhadap ruang (spatial), arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini
merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain. Kesadaran anak akan
tempo dapat bertambah melalui aktivitas bergerak dan bermain yang
menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Kemampuan-kemampuan
visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak.
Gallahue,
(1998) mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui
stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Rithme, melodi, dan harmoni dari
musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar
anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak
dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk
kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.
Hasil
penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori
neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi
sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan,
suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri
dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin
kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan
matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Selain
itu juga, Gordon Shaw (1996) mengatakan kecakapan dalam bidang yakni
matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak
melalui musik. Dengan melakukan penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelas
kontrol dan kelas eksperimen melalui pendidikan musik sehingga sirkuit pengatur
kemampuan matematika menguat.
Musik
berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran
yang lebih kompleks. Didukung pula oleh Martin Gardiner (1996) dalam Goleman
(1995) dari hasil penelitiannya mengatakan seni dan musik dapat membuat para
siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang
dipelajari. Jadi, ada hubungan logis antara musik dan matematika, karena
keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu ketukan dalam musik dan angka
dalam matematika.
Daryono
Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang
kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bawha pendidikan kesenian
penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik
sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan
belahan otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan
otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi manusia yang
berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam
perasaannya.
Implementasi
dari penelitian tersebut, pendidikan kesenian sewaktu di SD mempengaruhi
keberhasilan studi pada pendidikan berikutnya yaitu di SMP, dan begitu juga
dengan pendidikan kesenian di SMP kan mempengaruhi keberhasilan studi pada masa
di SMA. Dan kesenian di SMA, mau tidak mau menjadii factor penentu dalam
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang baik.
Musik
dan Kecerdasan Emosi
Sternberg
dan Salovery (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali emosi diri, yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali
perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu
mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas
perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan
secara mantap.
Kemampuan
mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya
sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya
secara wajar. Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap
dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya
disesali di kemudian hari.
Kepekaan
akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati
musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan
meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas
perasaan mereka maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap
dan membentuk kepribadian yang tangguh.
Kemampuan
motivasi adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk
melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya
unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat
untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Seperti
apa yang kita cita-citakan dapat diraih dan mengisyaratkan adanya suatu
perjalanan yang harus ditempuh dari suatu posisi di mana kita berada ke titik
pencapaian kita dalam kurun waktu tertentu.
Kemampuan
membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi
orang lain. Evelyn Pitcer dalam Kartini (1982) mengatakan musik membantu remaja
untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan
perkembangan terhadap emosional mereka.
Remaja,
merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang
lain untuk memanusiakan dirinya. Remaja ingin dicintai, ingin diakui, dan
dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam
kelompoknya. Jelas bahwa individualitas dan sosialitas merupakan unsur-unsur
yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam eksistensi remaja.
Kecerdasan
emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan
seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi
anak dapat berkembang secara lebih optimal.
Idealnya
seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial
emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal “Emotional
Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan
demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat
ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional
sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw
(1996).
Menurut
Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan
dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh
ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari
kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di
otak.
Efek
atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran
pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak
kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses
perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia
yang manusiawi.
Kehalusan
dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain,
menghayati pengalaman kehidupan dengan “perasaan”, adalah fungsi otak kanan,
sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio
adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan
baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending
antara otak kanan dan kiri itu).
Proses
mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi afektif dan memberikan
pengalaman emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang inherent
terdapat pada setiap manusia. Untuk dapat merasakan dan menghayati serta
mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan, ternyata dapat dirangsang
dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik sejak masa dini.
Campbell
2001 dalam bukunya efek Mozart mengatakan musik romantik (Schubert, Schuman,
Chopin, dan Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan
simpati.
Musik
digambarkan sebagai salah satu “bentuk murni” ekspresi emosi. Musik mengandung
berbagai contour, spacing, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang
luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.
Penelitian membuktikan bahwa musik, terutama musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotien) dan EQ (Emotional Quotien). Seorang anak yang sejak kecil terbiasa mendengarkan musik akan lebih berkembang kecerdasan emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan musik. Yang dimaksud musik di sini adalah musik yang memiliki irama teratur dan nada-nada yang teratur, bukan nada-nada "miring". Tingkat kedisiplinan anak yang sering mendengarkan musik juga lebih baik dibanding dengan anak yang jarang mendengarkan musik.
Grace Sudargo, seorang musisi dan pendidik mengatakan, "Dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut nadi manusia sehingga ia berperan besar dalam perkembangan otak, pembentukan jiwa, karakter, bahkan raga manusia".
Penelitian menunjukkan, musik klasik yang mengandung komposisi nada berfluktuasi antara nada tinggi dan nada rendah akan merangsang kuadran C pada otak. Sampai usia 4 tahun, kuadran B dan C pada otak anak-anak akan berkembang hingga 80 % dengan musik.
"Musik sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Musik memiliki 3 bagian penting yaitu beat, ritme, dan harmony", demikian kata Ev. Andreas Christanday dalam suatu ceramah musik. "Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi roh". Contoh paling nyata bahwa beat sangat mempengaruhi tubuh adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Kita masih ingat dengan "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala mengikuti irama music rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa lelah. Jika hati kita sedang susah, cobalah mendengarkan musik yang indah, yang memiliki irama (ritme) yang teratur. Perasaan kita akan lebih enak dan enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat mempengaruhi jiwa manusia. Sedangkan harmony sangat mempengaruhi roh. Jika kita menonton film horor, selalu terdengar harmony (melodi) yang menyayat hati, yang membuat bulu kuduk kita berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak digunakan harmony yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan. Di dalam meditasi, manusia mendengar harmony dari suara-suara alam disekelilingnya. "Musik yang baik bagi kehidupan manusia adalah musik yang seimbang antara beat, ritme, dan harmony", ujar Ev. Andreas Christanday.
Seorang ahli biofisika telah melakukan suatu percobaan tentang pengaruh musik bagi kehidupan makhluk hidup. Dua tanaman dari jenis dan umur yang sama diletakkan pada tempat yang berbeda. Yang satu diletakkan dekat dengan pengeras suara (speaker) yang menyajikan lagu-lagu slow rock dan heavy rock, sedangkan tanaman yang lain diletakkan dekat dengan speaker yang memperdengarkan lagu-lagu yang indah dan berirama teratur. Dalam beberapa hari terjadi perbedaan yang sangat mencolok. Tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu rock menjadi layu dan mati, sedangkan tanaman yang berada di dekat speaker lagu-lagu indah tumbuh segar dan berbunga. Suatu bukti nyata bahwa musik sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup.
Alam semesta tercipta dengan musik alam yang sangat indah. Gemuruh ombak di laut, deru angin di gunung, dan rintik hujan merupakan musik alam yang sangat indah. Dan sudah terbukti, bagaimana pengaruh musik alam itu bagi kehidupan manusia.
Wulaningrum Wibisono, S.Psi mengatakan, "Jikalau Anda merasakan hari ini begitu berat, coba periksa lagi hidup Anda pada hari ini. Jangan-jangan Anda belum mendengarkan musik dan bernyanyi".